Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, indikator berarti sesuatu yang dapat memberikan (menjadi) petunjuk atau keterangan. Sedangkan pembangunan dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara membangun.
Kata “pembangunan” secara luas dapat diartikan sebagai berikut:
• Tindakan berkembang.
• The state of being developed. Keadaan sedang dikembangkan.
• A significant event, occurrence, or change. Sebuah peristiwa penting, kejadian, atau perubahan.
• A group of dwellings built by the same contractor. Sekelompok tempat tinggal yang dibangun oleh kontraktor yang sama.
• Determination of the best techniques for applying a new device or process to production of goods or services. Penentuan teknik terbaik untuk menerapkan perangkat baru atau proses produksi barang atau jasa.
• The organized activity of soliciting donations or grants; fundraising. Aktivitas yang terorganisir untuk meminta sumbangan atau hibah; penggalangan dana.
Dilihat dari segi etimologi, konsep pembangunan meliputi anatomik (bentuk), fisiologi (kehidupan), behavioral (perilaku). (Ndraha, 1987 : 1)
Pengertian pembangunan sebagai suatu proses, akan terkait dengan mekanisme sistem atau kinerja suatu sistem.
A. Perlunya Indikator Pembangunan
Paradigma tradisional mengenai pembangunan cenderung mengidentikkan pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi. Salah satu definisi pembangunan ekonomi yang paling banyak diterima adalah:
“Suatu proses dimana pendapatan per kapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah ‘garis kemiskinan absolut’ tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang (Meier, 1995: 7)”
Yang dimaksud dengan proses adalah berlangsungnya kekuatan-kekuatan tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi. Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan (growth plus change) dalam: Pertama, perubahan struktur ekonomi, dari pertanian ke industri atau jasa. Kedua, perubahan kelembagaan, baik lewat regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri.
Indikator-Indikator Pembangunan
Indikator-indikator keberhasilan pembangunan ada beberapa macam. Secara lebih jelas, Lincolin Arsyad menjabarkan (dalam “Ekonomi Pembangunan” halaman 25), bahwa indikator keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari indikator moneter dan indikator non-moneter. Secara garis besar indikator keberhasilan pembangunan tersebut terbagi dua yaitu indikator moneter dan indikator non-moneter. Yang termasuk kedalam indikator moneter antara lain pendapatan per kapita dan indikator kesejahteraan ekonomi bersih. Sedangkan yang termasuk indikator non-moneter antara lain indikator sosial, indeks kualitas hidup dan indeks pembangunan manusia, dan indikator campuran.
Sedangkan Todaro berpendapat, indikator-indikator kunci pembangunan secara garis besar pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi: (1) indikator ekonomi; (2) indikator sosial. Yang termasuk sebagai indikator ekonomi adalah: GNP (GNI)' per kapita, laju pertumbuhan ekonomi, GDP per kapita dengan Purchasing Power Parity. Yang termasuk indikator sosial adalah HDI (Human Development Index) dan PQLI (Physical Quality Life Index) atau Indeks Mutu Hidup.
B. Indikator Ekonomi
Salah satu indikator ekonomi utama yang digunakan untuk menilai kinerja pembangunan adalah GDP perkapita. GDP perkapita adalah perbandingan antara GDP dengan jumlah populasi penduduk. Dalam penghitungannya digunakan metode Purchasing Power Parity (PPP) riil sebagai alat pengkonversi (dalam dolar AS), karena jika digunakan kurs nominal akan menyebabkan kesalahan dalam melakukan perbandingan kinerja pembangunan antar negara. GDP PPP riil diperoleh dari GDP yang dikonversikan dalam mata uang dolar AS menggunakan metode PPP, sehingga GDP tersebut mempunyai daya beli yang sama dengan dolar di Amerika Serikat. GDP perkapita dengan metode PPP umumnya lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan GDP perkapita dengan kurs nominal.
Melalui indikator GDP perkapita ini Bank Dunia (2003) mengklasifikasikan negara menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies)
Negara-negara ini memiliki GDP perkapita Kurang atau sama dengan US$ 745 pada tahun 2001.
2. Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies)
Kelompok Negara ini memiliki GDP perkapita lebih dari US$ 745 namun kurang dari US$ 8.626 pada tahun 2001. kelompok Negara ini dibagi menjadi :
1) Negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-middle-income economies)dengan GDP perkapita antara US$ 746 sampai US$2.975.
2) Negara berpenghasilan menengah papan atas (upper-middle-income economies) dengan GDP perkapita antara US$2.976 sampai US$ 9.025.
3. Negara berpenghasilan tinggi (high- income economies)
Negara di dalam kelompok ini mempunyai GDP perkapita sebesar US$ 9.206 atau lebih pada tahun 2001.
Dalam metode Purchasing Power Parity dikenal dua versi yaitu versi absolut dan versi relatif (Kuncoro, 2001: bab 10).Versi absolut menjelaskan bahwa kurs spot ditentukan oleh harga relative dari sejumlah barang yang sama (ditunjukkan oleh indeks harga).Sedangkan, versi relatif mengatakan bahwa persentase perubahan kurs nominal akan sama dengan perbedaan inflasi di antara kedua negara.
2. GNP (GNI)' per kapita (Publikasi Bank Dunia edisi yang baru menggunakan istilah GNI dan bukan GDP)
Untuk tujuan operasional dan analitikal, kriteria utama Bank Dunia dalam mengklasifikasikan kinerja perekonomian suatu negara adalah GNI (Gross National Income, atau Produk Nasional Bruto) per kapita. GNI perkapita adalah pendapatan nasional bruto dibagi jumlah populasi penduduk. Karena berubahnya GNI per kapita, klasifikasi negara berdasarkan kelompok pendapatannya dapat saja berubah pada setiap edisi publikasi Bank Dunia, terutama dalam World Development Report yang terbit setiap tahun. Bank Dunia (2007) mengklasifikasikan negara berdasarkan tingkatan GNI per kapitanya sebagai berikut:
• Negara berpenghasilan rendah (low-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita kurang atau sama dengan US$ 745 pada tahun 2001.
Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita lebih dari US$ 745 namun kurang dari US$ 8.626 pada tahun 2001. Dalam kelompok negara berpenghasilan menengah dapat dibagi menjadi: (1) negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-middle-income economies) dengan GNI per kapita antara US$ 746 hingga US$ 2.975; (2) negara berpenghasilan menengah papan atas (upper-middle-income economies) dengan GNI per kapita antara US$ 2.976 hingga US$ 9.205.
Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita US$ 9.206 atau lebih pada tahun 2001.
Dunia (World) meliputi semua negara di dunia, termasuk negara-negara yang datanya Iangka dan dengan penduduk Iebih dari 30.000 jiwa.
Negara berpenghasilan rendah dan menengah kadang disebut negara sedang berkembang (developing countries). Jelas ini sekedar untuk memudahkan klasifikasi, dan tidak ada maksud untuk menggeneralisasi bahwa semua negara dalam kelompok ini mengalami tahapan pembangunan yang sama. Klasifikasi menurut penghasilan tidak selalu mencerminkan status pembangunan (IBRD, 1993). Namun pada umumnya, negara sedang berkembang (NSB) memiliki karakteristik yang relatif sama, yaitu: (1) tingkat kehidupannya rendah, dengan ciri penghasilan rendah, ketimpangan distribusi pendapatan tinggi, rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan; (2) tingkat produktivitasnya rendah; (3) pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungannya tinggi; (4) tingkat pengangguran dan setengah menganggurnya tinggi dan cenderung meningkat; (5) ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produk primer demikian signifikan; (6) dominan, tergantung, dan rentan dalam hubungan internasional (Todaro, 1994: 38-54).
C. Indikator Sosial
Beckerman membedakan berbagai penelitian tentang cara-cara untuk membandingkan tingkat kesejahteraan ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, merupakan usaha membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di dua atau beberapa negara dengan memperbaiki cara-cara yang dilaksanakan dalam perhitungan pendapatan nasional biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark dan selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.
Kelompok kedua adalah usaha untuk membuat penyesuaian dalam pendapatan masyarakat yang dibandingkan dengan mempertimbangkan perbedaan tingkat harga di setiap negara. Dan kelompok ketiga adalah usaha untuk membuat perbandingan tingkat kesejahteraan dari setiap negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter (non-monetary indicators) seperti jumlah kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang bersekolah, dan sebagainya. Usaha ini dipelopori oleh Bennet.
Menurut Beckerman, dari berbagai cara di atas, cara yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis adalah cara yang paling sempurna. Cara ini merupakan usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dan pembangunan di beberapa negara dengan memperbaiki metoda pembandingan dengan menggunakan data pendapatan nasional dari masing-masing negara.
Untuk memperbaiki kelemahan tersebut, mereka menghitung kembali pendapatan nasional negara-negara Eropa berdasarkan kepada harga-harga di Amerika Serikat. Dengan pendekatan ini maka, pada hakekatnya produksi nasional Amerika Serikat dan negara-negara Eropa sekarang dinilai menurut harga-harga yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa seperti yang telah dijelaskan di awal, perbedaan pendapatan per kapita penduduk Amerika Serikat dan Eropa tidaklah sebesar seperti yang ditunjukkan oleh perbedaan tingkat pendapatan per kapita mereka yang dihitung menurut cara yang biasa dilakukan.
Namun demikian, cara yang baru ini memerlukan data yang lengkap untuk memungkinkan dilakukannya perhitungan kembali pendapatan nasional yang dinilai berdasarkan pada tingkat harga-harga di negara lain. Data yang diperlukan tersebut sayangnya tidak tersedia di NSB. Oleh karena itu, Beckerman mengemukakan cara lain dalam membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di tiap-tiap negara. Cara ini dinamakan Indikator Non-Moneter Yang Disederhanakan (Modified Non-Monetary Indicators).
Dengan cara tersebut, indeks tingkat kesejahteraan dari setiap negara ditentukan berdasarkan kepada tingkat konsumsi atau jumlah persediaan beberapa jenis barang tertentu yang datanya dapat dengan mudah diperoleh di NSB. Data tersebut adalah:
1. Jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg).
2. Jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton).
3. Jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun.
4. Jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10.
5. Jumlah persediaan telepon dikalikan 10.
6. Jumlah persediaan berbagai jenis kendaraan.
7. Jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg).
Usaha lain dalam menentukan dan membandingkan tingkat kesejahteraan antar negara telah dilakukan pula oleh United Nations Research Institute for Social Development (UNRISD), yang berpusat di Jenewa pada tahun 1970. Dalam penelitian tersebut yang dilakukan adalah menciptakan indeks taraf pembangunan dari negara-negara maju dan NSB berdasarkan kepada sifat dari 18 jenis data berikut di tiap-tiap negara:
1. Tingkat harapan hidup (life expectancy).
2. Konsumsi protein hewani per kapita.
3. Persentase anak-anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah.
4. Persentase anak-anak yang belajar di sekolah kejuruan.
5. Jumlah surat kabar.
6. Jumlah telepon.
7. Jumlah radio.
8. Jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai 20.000 penduduk atau lebih.
9. Persentase laki-laki dewasa di sektor pertanian.
10. Persentase tenaga kerja (dari keseluruhan tenaga kerja yang mempunyai pekerjaan) yang bekerja di sektor listrik, gas, air kesehatan, pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi.
11. Persentase tenaga kerja (dari keseluruhan tenga kerja yang mempunyai pekerjaan) yang memperoleh gaji.
12. Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) yang berasal dari industri-industri pengolahan (manufacturing).
13. Konsumsi energi per kapita.
14. Konsumsi listrik per kapita.
15. Konsumsi baja per kapita.
16. Nilai per kapita perdagangan luar negeri.
17. Produk pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sektor pertanian.
18. Pendapatan per kapita Produk Nasional Bruto (PNB).
Jika indeks pembangunan yang diusulkan UNRISD tersebut digunakan sebagai indikator kesejahteraan atau pembangunan maka perbedaan tingkat pembangunan antara negara-negara maju dan NSB tidaklah terlampau besar seperti yang digambarkan oleh tingkat pendapatan per kapita mereka masing-masing.
D. Keterkaitan Antar Indikator
Bagaimanakah keterkaitan antara ketiga sasaran pembangunan tersebut Beberapa studi dan kajian menunjukkan beragamnya arah keterkaitan antara ketiga sasaran fundamental tersebut. Hal tersebut menunjukkan keterkaitan antara pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi, dan demokrasi. Pembangun manusia berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik secara langsu maupun tidak langsung melalui demokrasi. Pengaruh Iangsung pembangunan manusia terhadap pertumbuhan (hubungan 1) dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia (1993) dan Bank Pembangunan Asia (ADB, 1997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar