A. Pendahuluan
Menurut Drs. O.P. Simorangkir dalam bukunya Etika : Bisnis, Jabatan, dan Perbankan (2003)
Etika berasal dari bahasa yunani, ethos (tunggal) atau ta etha (jamak) yang berarti watak, kebiasaan dan adat istiadat. Pengertian ini berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.
Istilah Bisnis yang akan kita pakai adalah ; mencakup setiap dan semua transaksi ekonomi antara perorangan, organisasi, dan lembaga yang mencari laba. Istilah bisnis akan mencakup segala macam kegiatan untuk memproduksi, menjual, membeli barang-barang, dan jasa demi laba.
Menurut Anderson Guntur Komenaung Menurut Kamus Inggris Indonesia Oleh Echols and Shadily (1992: 219), Moral = moral, akhlak, susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar-dasar kebaikan); Moralitas = kesusilaan; Sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila. Sedangkan secara etika (ethical) diartikan pantas, layak, beradab, susila.
Jadi kata moral dan etika penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya memiliki makna dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang memiliki moral pasti dilandasi oleh etika. Demikian pula perusahaan yang memiliki etika bisnis pasti manajernya dan segenap karyawan memiliki moral yang baik
.
Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket (sopan santun) berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama. Jika kata etika dikaitkan dengan kata bisnis akan menjadi Etika Binis (business ethics).
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari kelakuan manusia. Kata etik juga berhubungan dengan objek kelakuan manusia di wilayah-wilayah tertentu, seperti etika kedokteran, etika bisnis, etika profesional (advokat, akuntan) dan lain-lain.
Disini ditekankan pada etika sebagai objek perilaku manusia dalam bidang bisnis. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dariperilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good) atau buruk “(bad).”Catatan tanda kutip pada kata-kata baik dan buruk, yang berarti menekankan bahwa penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah. Akhirnya, keputusan bahwa manajer membuat tentang pertanyaan yang bekaitan dengan etika adalah keputusan secara individual, yang menimbulkan konskuensi. Keputusan ini merefleksikan banyak faktor, termasuk moral dan nilai-nilai individu dan masyarakat.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain (Dalimunthe, 2004).
Etika bisnis : Prinsip-prinsip dalam suatu perusahaan yang mengatur tata cara, tindakan baik atau buruk seluruh anggota organisasi bisnis tersebut.
Etika bisnis adalah bagian dari filsafat, Secara garis besar pengertian filsafat, etika dan etika bisnis berhubungan erat satu sama lain.
Secara tradisional pemikiran falsafi terbagi dua bentuk kegiatan rasional yakni :
a. Bersifat Analitis;
filsafat meneliti secara terinci makna istilah-istiah keberlakuan argumentasi, sifat, serta asumsi yang membagi-baginya dalam komponen-komponen. Filsafat tertarik kepada pertanyaan asasi misalnya mengenai hakikat realitas, makna pengetahuan dan sanpai di mana pengetahuan itu dapat diandalkan, hakikat nilai-nilai dll.
b. Berbentuk Sintesis;
Para filsuf menyusun suatu pandangan menyeluruh yang menggabungkan dan mengintegrasikan berbagai masalah satu sama lain, serta sejauh mungkin membuat semua bagian-bagian dari pengalaman kita menjadi jelas dan terang. Menghubungkan penemuan ilmuan, seniman dan pengalaman manusia pada umumnya dalam suatu kebulatan yang dapat dimengerti.
B. Perihal Etika
(latar belakang ) Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-huubungan, antara lain hubugan agama, keluarga, perdagangan, politik, dll. Sifat hubungan ini sangat rumit dan coraknya berbagai ragam, Hubungan anta manusia sangat peka, sebab sering dipengaruhi emosi yang tidak rasional. Akan sia-sia setiap usaha yang bermaksud memaksakan satu bentuk pegaulan dan corak masyarakat kepada manusia. Namun demikian, manusia selalu berusaha agar tercapai kerukunan dan kebahagiaan di dalam suatu masyarakat. Maka timbulah peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang kita sebut etik, etika, norma, kaidah, tolak ukur, standar atau pedoman.
C. Sasaran Etika
Sasaran Etika ; adalah moralitas, yakni istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai yang tersimbul di dalamnya yang dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan dan praktek tersebut.
Menurut Robert C. Solomon moral dalam pengertiannya yang umum menaruh penekanan pada karakter dan sifat-sifat individu yang khusus, bukan pada aturan-aturan dan ketaatan. Misalnya : kebajikan-kebajikan, rasa kasih, kemurahan hati, kebesaran hati, dan sebagainya.
Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang membedkan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan niali-nilai yang terkandung di dalamnya.
Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga mampu menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dijadikan sasaran dalam kehidupannya.
Etika berbeda dengan antropologi, psikologi dan sosiologi yang menguraikan bagaimana manusia berperilaku,kalau etika mengemukakan bagaimana manusia harus dan wajib berperilaku. Etika diarahkan kepada perilaku manusia yang dilakukan secara sadar dan atas kemauan sendiri.
Etika dan moralitas mempunyai arti yang sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup, baik yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang konstan dan terulang dalam kurun waktu sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
Ada 2 (dua) yang saling berhubungan dalam studi etika yang lazim disebut sebagai:
1. Etika deskriptif,
2. Etika normatif.
D. Etika Deskriptif
Etika ini erat hubungannya dengan antropologi, sosiologi dan psikologi dan bersandar kepada ketiganya. Mempelajari dan menguraikan moral suatu masyarakat, kebudayaan dan bangsa. Juga membandingkan dan menghadapkan sistem moral, kode-kode, preaktek, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berbeda-beda.
Contoh
orang Bali jujur dan tidak akan mau mengambil sesuatu barang bukan miliknya. Apakah alasan orang Bali tidak mau mencuri? Mencuri bertentangan dengan hukum karma yang telah membudaya bagi orang bali. Lain dengan orang Batak menurut Y.C. Verouwen, orang Batak mencuri ayam tetangganya untuk menghormati mertuanya. Misalnya makanan tidak ada di rumah. Ayam yang dicuri dimakan bersama sebagai penghormatan kepada mertua yang sedang mengunjungi menantunya. Apa alasanya? Mencuri dengan tujuan menghormati mertua, dapat dimaafkan masyarakat Batak.
E. Etika Normatif
secara sistematis berusaha menyajikan serta membenarkan suatu sistem moral. Berusaha menggambarkan serta membenarkan prinsip dasar moral atau nilai-nilai dasar suatu sistem moral. Sistem ini terdiri dari prinsip atau nilai dasar moral dan aturan moral yang khusus menguasai manusia dalam arti menghapuskan tindakan-tindakan yang buruk atau amoral, tetapi menganjurkan perilaku yang bermoral. Peraturan dan nilai-nilai inilah yang membentuk norma-norma moral suatu masyarakat.
F. Tugas Etika Normatif
1. Berusaha menuangkan benbagai norma, peraturan,kewajiban dan nilai moral yang berbentuk norma-norma suatu masyarakat.
2. Berusaha dengan berbagai cara membenarkan prinsip dasar moral. Suatu masyarakat dapat memiliki berbagai norma moral yang konsisten atau inkonsisten.
3. Meta Etika erat hubungannya dengan etika normatif, sampai taraf tertentu etika normatif dan deskriptif mencakup juga kegiatan meta etika. Sebuah studi tentang etika normatif, ia terkadang disebut etika analitis. Juga mengkaji makna istilah-istilah moral dan logika dan penalaran moral. Ia menanyakan misalnya apakah yang dimaksud dengan istilah ”baik” dan ”buruk” dalam arti moral, dan apakah yang dimaksud dengan tanggungjawab moral, kewajiban moral dan pengertian sejenis itu.
G. Etika Umum
Menyajikan suatu pendekatan yang diteliti mengenai norma-norma yang berlaku umum bagi setiap warga masyarakat. Dibedakan menjadi 3 yakni norma sopan santun, norma hukum dan norma moral.
Norma-norma sopan santun hanya berdasarkan kesepakatan (konvensi).
Norma-norma hukum adalah norma yang pelakunya dapat dituntut dan dipaksakan serta pelanggarannya ditindak oleh penguasa yang berdasarkan perundang-undangan.
Norma-norma moral yakni sebuah dasar yang menentukan bagaimana kita menilai seseorang, misalnya orang yang terus menerus menertawakan anak tetangganya yang cacat, jelas melanggar norma moral, tetapi tidak dapat ditindak oleh pengadilan.
Norma-norma hukum harus dibedakan dengan norma moral. Tidak semua norma hukum sekaligus mengikat secara moral dan tidak semua norma dijadikan norma hukum. Norma hukum adalah berdasarkan peraturan dan UU yang berlaku.
H. Etika Khusus
Menerapkan etika umum, pertama untuk memecahkan masalah-masalah khusus (kasuistik) dan kedua untuk meneliti moral dari wilayah-wilayah kegiatan manusia yang khusus. Kasuistik adalah seni untuk mengatasi masalah-masalah kasus dan dilema moral yang sukar melalui penerapan prinsip-prinsip moral secara cermat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar